<!--Punya Rumah Dan Mobil Mewah,Pembuat Vaksin Palsu Di Petisi Hukuman Mati – Baca Kabar Netizen geram, postingan foto pelaku, rumah da...

Netizen geram, postingan foto pelaku, rumah dan mobil mewah jadi viral. Hujatan bagai rob di media sosial terlebih sosok pemalsu vaksin yang religius, Minggu (26/6/2016).
Tertangkapnya pasangan suami istri pembuat vaksin palsu membuat gempar. Tak heran kemudian muncul Petisi di change.org untuk menuntut hukuman mati bagi pasutri pembuat vaksin. Untuk yang hendak ikut paraf petisi silahkan klik DISINI
Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustin, pasutri yang tinggal di perumahan mewah Perumahan Kemang Regency, RT 9/RW 5, Jalan Kumala 2, Nomor M29, Bekasi Timur, Kota Bekasi diringkus polisi pada Rabu (22/6/2016) lalu.
Dan efeknya hingga kini linimasa media sosial dijejali dengan informasi seputar pasutri ini.
Netizen mengaku miris dengan perilaku pasangan ini, kenapa demikian tega memalsukan vaksin yang tentu saja merusak generasi anak-anak.

Inilah Wajah Pembuat Vaksin Palsu
Berbagai cercaan bermunculan, mulai dari kata-kata sadis, teroris sejati, tak punya hati hingga berbagai kata-kata kutukan lainnya. Terlebih lagi ada netizen yang menuliskan pengalaman haru balita mereka setela imunisasi.
Kemewahan, kesantunan, religius di atas penderitaan orang lain. Memuakkan…”
Demikian tulis netizen Wahyu Widayat.
“Sepasang Psikopat, korbannya bayi dan anak2,” tulis akun dengan nama Suma Aji Swasana.
Netizen lainnya Nina Budiono juga membagikan foto sosok pelaku, rumah serta mobil mewah pelaku sambil menulis,” Ngene iki lho sing jenenge teroris sejati…
#medeni_cak (seperti ini yang namanya teroris sejati, menakutkan teman).”
Masih banyak hujatan netizen lainnya mengingat dampak yang didapatkan sangat mengerikan.
Dampak mengerikan
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dittipideksus) menjelaskan cara pembuatan vaksin palsu bayi yang baru saja diungkap oleh Bareskrim Polri.
“Pembuatan vaksin, tempat pembuatannya rumah biasa. Sisi higienis kesehatan tidak memenuhi standar dalam memproduksi vaksin,” kata Direktur Tipideksus Bareskrim Polri Brigjen Agung Setya, di Bareskrim Polri, Kamis (23/6/2016).
Dia menjelaskan, adapun bahan dasar pembuatan vaksin ini adalah cairan infus yang ditambah dengan vaksin tetanus.
“Bahan dasar, dilakukan injeksi ke dalam botol. Mereka masukan dengan cara disuntikkan. Zat yang disuntikkan, air infus ditambah vaksin tetanus. Satu kotak vaksin tetanus seharga Rp150 ribu, bisa dijadikan ratusan ampul vaksin hepatitis,” terangnya.
Seperti dikutip dari Kompas.com, muncul keresahan dari banyak orangtua setelah terungkapnya pemalsuan vaksin ini.
Apa akibatnya jika anak mendapat vaksin palsu?
Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD mengungkapkan, risiko terberat adalah analah anak terkena infeksi.
Pembuatan vaksin palsu tentu tidak steril dan tidak mengikuti prosedur seperti pembuatan vaksin asli.
“Tentu dengan cara tidak steril, bisa banyak kuman. Kalau cairan penuh kuman ini disuntikkan ke tubuh, orang bisa infeksi,” kata vaksinolog lulusan University of Siena, Italy ini saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/6/2016).
Gejala infeksi tersebut antara lain demam tinggi disertai laju nadi cepat, sesak napas, dan anak sulit makan.
Jika anak hanya demam saja setelah divaksin, orangtua tak perlu khawatir, karena beberapa vaksin memang bisa membuat anak demam.
Menurut Dirga, jika terakhir kali vaksinasi pada dua minggu lalu dan tidak muncul gejala tersebut, kemungkinan besar anak tidak terkena infeksi.
Dirga mengatakan, dampak lainnya dari pembuatan vaksin palsu sebenarnya tergantung bahan apa yang digunakan.
“Puslabfor Polri harus menyelidiki apa yang dicampukan di vaksin palsu itu. Dari situ bisa kita cari, ada enggak laporan masyarakat yang setelah vaksinasi mengalami gejala tersebut,” ujar Dirga.
Sementara itu, jika anak mendapat vaksin palsu, tentu tidak akan mendapat efek memberi perlindungan sistem kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu.
Jangan Lewatkan . . .
loading…
Source link